Sebuah warung klontong di BTP, Makassar, kini mampu melayani pembayaran digital dengan mudah. Pemiliknya, Ibu Sari, mengaku awalnya enggan menggunakan teknologi finansial karena tak memahami cara kerjanya. Namun, setelah mengikuti program literasi keuangan digital dari Bank Indonesia, ia kini mengelola pembayaran QRIS hingga pinjaman modal usaha melalui aplikasi fintech. Transformasi sederhana ini menjadi cerminan revolusi ekonomi digital yang tengah mengubah wajah Sulawesi Selatan.
Era digital telah menghadirkan peluang sekaligus tantangan baru bagi masyarakat Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan. Pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,08% pada triwulan III-2024, melampaui rata-rata nasional 4,95%, menunjukkan bahwa Sulsel memiliki fundamental ekonomi yang kuat. Namun, di balik capaian gemilang ini, masih terdapat kesenjangan literasi keuangan digital yang perlu diatasi untuk menciptakan smart citizen yang adaptif terhadap perubahan ekonomi.
Konsep
smart citizen dalam konteks ekonomi digital tidak sekadar merujuk pada kemampuan menggunakan
teknologi, tetapi lebih pada pemahaman menyeluruh tentang ekosistem keuangan
modern. Masyarakat yang melek ekonomi digital mampu memahami instrumen
keuangan, mengelola risiko, dan memanfaatkan teknologi finansial untuk meningkatkan
kesejahteraan. Sulawesi Selatan, dengan lebih dari 64,2 juta unit UMKM yang
berkontribusi 61,9% terhadap PDB nasional, memiliki potensi besar untuk menjadi
pioneer dalam transformasi ini.
Bank Indonesia sebagai bank sentral memiliki peran strategis dalam mewujudkan visi tersebut. Melalui Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2030, BI telah menetapkan target inklusi keuangan nasional mencapai 90%. Sulawesi Selatan, dengan tingkat inklusi keuangan yang terus meningkat, menjadi laboratorium nyata implementasi kebijakan ini. Namun, data menunjukkan bahwa meskipun tingkat inklusi keuangan telah mencapai 85,1% secara nasional, literasi keuangan digital masih tertinggal di angka 48%.
Kesenjangan ini menjadi tantangan serius yang memerlukan pendekatan inovatif. Pengalaman Ibu Sari di Makassar menunjukkan bahwa edukasi yang tepat sasaran dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat terhadap teknologi finansial. Fintech terbukti memberikan dampak positif 9% terhadap peningkatan inklusi keuangan, terutama bagi UMKM yang selama ini menghadapi kendala akses permodalan dan segmen pasar yang terbatas.
Sulawesi Selatan memiliki keunggulan geografis dan demografis yang mendukung akselerasi transformasi digital. Dengan posisi strategis sebagai pintu gerbang kawasan timur Indonesia, Sulsel dapat menjadi hub ekonomi digital yang menghubungkan berbagai sektor usaha. Sektor jasa keuangan yang stabil dan intermediasi yang terjaga memberikan fondasi kuat bagi pengembangan ekosistem fintech yang berkelanjutan.
Strategi penciptaan smart citizen di Sulawesi Selatan harus mengintegrasikan tiga pilar utama: edukasi, teknologi, dan regulasi. Edukasi keuangan digital perlu disesuaikan dengan karakteristik lokal, menggunakan bahasa dan pendekatan yang mudah dipahami masyarakat. Program literasi keuangan tidak cukup hanya memberikan pengetahuan teknis, tetapi juga harus menanamkan mindset entrepreneurial dan financial resilience.
Teknologi finansial harus dikembangkan dengan mempertimbangkan kebutuhan spesifik masyarakat Sulawesi Selatan. Platform fintech yang user- friendly, aksesibel, dan terintegrasi dengan ekosistem bisnis lokal akan mempercepat adopsi teknologi. Kolaborasi antara fintech, bank konvensional, dan UMKM menjadi kunci sukses transformasi ini.
Regulasi yang adaptif menjadi prasyarat penting untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi inovasi sekaligus melindungi konsumen. Bank Indonesia perlu memperkuat framework regulatory sandbox yang memungkinkan uji coba produk fintech dalam lingkungan yang terkontrol. Kebijakan ini akan mendorong inovasi tanpa mengorbankan stabilitas sistem keuangan.
Pengembangan smart citizen di Sulawesi Selatan juga memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan seluruh stakeholder. Pemerintah daerah, perguruan tinggi, asosiasi UMKM, dan komunitas digital harus bersinergi menciptakan ekosistem pembelajaran yang berkelanjutan. Program pelatihan keuangan digital dapat diintegrasikan dengan kurikulum pendidikan formal maupun informal, memastikan generasi muda Sulsel siap menghadapi tantangan ekonomi digital.
Implementasi strategi ini memerlukan roadmap yang jelas dan terukur. Fase pertama difokuskan pada peningkatan literasi keuangan digital di kalangan UMKM dan masyarakat urban. Fase kedua mengembangkan platform fintech yang terintegrasi dengan sektor riil. Fase ketiga membangun ekosistem ekonomi digital yang inklusif dan berkelanjutan.
Keberhasilan transformasi ini akan memberikan dampak multiplier yang signifikan. Masyarakat yang melek ekonomi digital akan lebih produktif, inovatif, dan resilient menghadapi perubahan ekonomi global. UMKM yang memanfaatkan fintech akan memiliki akses yang lebih luas terhadap pasar dan permodalan. Sulawesi Selatan akan menjadi regional economic powerhouse yang mampu bersaing di era digital.
Bank Indonesia sebagai regulator dan supervisor sistem keuangan memiliki tanggung jawab untuk memastikan transformasi ini berjalan sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Kebijakan moneter dan makroprudensial harus diselaraskan dengan pengembangan ekonomi digital. Surveillance system yang canggih diperlukan untuk memonitor perkembangan fintech dan dampaknya terhadap stabilitas sistem keuangan.
Momentum transformasi digital pasca-pandemic COVID-19 harus dimanfaatkan optimal untuk mempercepat adopsi teknologi finansial. Perubahan perilaku masyarakat yang semakin terbuka terhadap solusi digital menjadi peluang emas untuk mengimplementasikan strategi smart citizen. Sulawesi Selatan dengan pertumbuhan ekonomi yang solid dan sektor keuangan yang stabil memiliki fundamen yang kuat untuk memimpin transformasi ini.
Kolaborasi strategis antara Bank Indonesia, pemerintah daerah, dan sektor swasta menjadi kunci keberhasilan. Program corporate social responsibility perusahaan fintech dapat diarahkan untuk mendukung literasi keuangan digital. Perguruan tinggi dapat mengembangkan research and development center untuk inovasi fintech yang sesuai dengan kebutuhan lokal.
Visi mewujudkan smart citizen di Sulawesi Selatan bukan sekadar aspirasi, melainkan kebutuhan mendesak untuk mempertahankan daya saing di era digital. Masyarakat yang melek ekonomi dan adaptif terhadap perubahan akan menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Bank Indonesia, dengan otoritas dan kapasitasnya, memiliki peran sentral dalam mengkoreografikan transformasi ini.
Sulawesi Selatan hari ini berdiri di persimpangan sejarah. Pilihan yang diambil saat ini akan menentukan trajektori ekonomi digital lima hingga sepuluh tahun ke depan. Dengan strategi yang tepat, komitmen yang kuat, dan kolaborasi yang sinergis, Sulsel dapat menjadi model pengembangan smart citizen yang inspiratif bagi daerah lain. Era digital bukan lagi mimpi, tetapi realitas yang harus dihadapi dengan kesiapan dan keberanian untuk berubah.
0 Komentar