“Tangis
Keluarga, Amarah Publik – Ojol Tewas Terlindas, Kapolri Cuma Minta Maaf?”
OLEH HUSNA
Jakarta kembali diguncang peristiwa tragis yang bikin darah mendidih.
Seorang driver ojek online, Afan Kurniawan, meregang nyawa setelah diduga
terlindas kendaraan taktis (rantis) Brimob saat demonstrasi di sekitar DPR,
Kamis malam (28/8).
Video dan kesaksian yang beredar di media sosial bikin bulu kuduk
merinding: rantis melaju di tengah kerumunan, seorang ojol tersungkur, dan
nyawanya melayang seketika. Pertanyaannya: kenapa kendaraan perang ada di
tengah rakyat sipil?
Ribuan netizen langsung meledak di media sosial. Kata-kata seperti
“brutal”, “barbar”, “tak manusiawi” jadi trending. Grup-grup komunitas ojol
penuh dengan amarah. Bagi mereka, korban bukan hanya pengemudi ojek online
biasa, ia simbol dari rakyat kecil yang mencari nafkah tapi justru dikorbankan
di tengah kekacauan. Tragisnya, hidupnya berakhir di bawah roda kendaraan
aparat.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memang sudah meminta maaf secara
terbuka dan bahkan mendatangi keluarga korban di RSCM. Tujuh anggota Brimob
sudah diperiksa Propam.
Tapi publik masih geram. Banyak yang curiga kasus ini bisa jadi cuma
berakhir dengan “sanksi internal” tanpa ada proses hukum yang nyata. Apakah
nyawa rakyat kecil hanya seharga permintaan maaf?
Kasus ini membuka luka lama soal bagaimana aparat sering kali lebih
memilih pendekatan represif dibanding humanis. Roda rantis yang melindas ojol
ini bukan sekadar kecelakaan, tapi simbol betapa rakyat kecil sering jadi
korban “alat kekuasaan”. Publik menuntut lebih dari sekadar maaf, mereka
menuntut keadilan nyata.
Pertanyaan Besar yang Harus Dijawab: Kenapa rantis melaju kencang di
tengah kerumunan sipil? Kenapa korban bisa sampai terabaikan di awal
kejadian?Apakah tujuh anggota Brimob benar-benar akan diproses hukum, atau
hanya jadi “kambing hitam”?
0 Komentar