“Polri,
TNI, atau DPR:
Siapa yang Masih Layak Dipercaya Rakyat?”
Oleh : Alif Ardiansyah Putra
Belakangan ini kepercayaan publik
terhadap lembaga negara benar-benar berada di titik terendah. Di jalanan, kita
menyaksikan polisi yang seharusnya mengayomi justru bertindak represif terhadap
mahasiswa dan masyarakat sipil. Aksi demonstrasi yang semestinya menjadi ruang
menyuarakan aspirasi malah dibalas dengan pukulan, gas air mata, dan
penangkapan. Lebih ironis lagi, beberapa anggota TNI ikut ditangkap oleh Polri
dan langsung dicap sebagai perusuh. Bukankah ini menambah bingung masyarakat?
Dua institusi yang seharusnya solid menjaga negara justru mempertontonkan
disharmoni di depan rakyat.
Di sisi lain, DPR memperlihatkan wajah
yang jauh dari amanah rakyat. Mulai dari ucapan kasar “tolol” yang viral,
hingga tingkah anggota DPR yang berjoget ria saat membicarakan kenaikan
tunjangan. Bagaimana rakyat bisa percaya, jika para wakilnya justru menari di
atas penderitaan mereka?. Pemandangan ini seperti tamparan bagi rakyat,
yang setiap hari berjuang menghadapi kesulitan ekonomi, sementara wakilnya
seakan hidup di dunia berbeda.
Jika dirangkaikan, peristiwa represif di
jalanan dan tontonan memalukan di parlemen hanyalah potret retaknya moral
institusi negara. Mahasiswa yang turun ke jalan bukan tanpa alasan; mereka
menuntut keadilan, menolak kebijakan yang tidak pro-rakyat, dan mengkritisi DPR
yang kian jauh dari amanah. Tetapi, suara itu malah dijawab dengan pukulan, gas
air mata, dan caci maki. Di saat yang sama, gedung DPR justru berubah menjadi
panggung sandiwara, tempat di mana aspirasi rakyat dipermainkan, bahkan
ditertawakan.
Rakyat sekarang makin kehilangan
pegangan. Polisi sudah sulit dipercaya karena wajahnya yang represif, DPR makin
jatuh martabatnya gara-gara tingkah anggotanya, sementara TNI ikut terseret
dalam situasi yang membingungkan. Inilah titik krisis yang berbahaya, ketika
rakyat mulai merasa tidak ada lagi institusi negara yang layak dipercaya. Kalau
keadaan ini terus berlanjut, jangan salahkan rakyat kalau akhirnya mereka lebih
percaya pada kekuatan mereka sendiri, ketimbang pejabat yang hanya tahu berkata
kasar, berjoget, dan menaikkan tunjangan di tengah penderitaan masyarakat.
0 Komentar