AKANKAH PENINDASAN DISEKITARKU ITU HILANG?
Oleh : Saidil Mursalim
Salam Literasi…
Salam Puitis….
dan Salam Cinta…..
Puji Syukur penulis ucapkan atas segala kenikmatan yang tiada hentinya sehingga penulis dapat melanjutkan sebuah karya, tulisan ini menceritakan tentang sepasang kekasih yang memperjuangkan sebuah keadilan di area kampus dan negara yang gelap. Bagaimanakah perjuangan yang dimaksud itu? Bagaimanakah kehidupan kampus yang dimaksud itu? Dan bagaimanakah negara yang gelap itu? Inilah cerita dari sudut pandang seorang mahasiswi Bernama Lanya yang meraskan hal yang sama.
Kampus yang dianggap sebagai tempat untuk menerima dan memberikan sebuah Pelajaran penting didalamnya, namun menyimpan banyak kejadian didalamnya yang mungkin hanya Sebagian besar orang mengetahuinya.
Bermula pada saat awal perkuliahan perdana, saat jam
istirahat Lanya dan teman- temannya ke kantin untuk makan karena jam
perkuliahan selanjutnya akan dimulai 30 menit kedepan jadi mereka tidak sempat
lagi untuk keluar kampus. Beberapa menit kemudian saat Lanya dan teman-temannya
sedang asik makan mereka tiba-tiba dihampiri oleh senior Perempuan dikampusnya
dan berkata “Maba ya? Apakah boleh Maba masuk dikantin?” spontan Lanya dan
teman-temannya kaget dengan perkataan seniornya, Lanya menjawab “maaf kak, kami
tidak menemukan tulisan larangan untuk Maba disini dan juga kami cuman sebentar
kak” seniornya pun berkata “kamu melawan?
Ini sudah menjadi culture di kampus” Lanya menjawab lagi “oiya kak maaf,
setelah makan kami akan pergi” tak lama dari itu mereka dihampiri oleh senior
(Namanya Ari) ia mengenal Lanya dan berkata “ada apa ini?” senior Perempuan
tadi mengatakan “ini ada Maba yang makan di kantin, kan tidak boleh karena
sudah menjadi culture disini.” Ari berkata
“itukan cuman culture, lagian mereka membayar UKT jadi tidak masalah jika mereka
menikmati fasilitas kampus,
sudah sana banyak
surat yang ingin dikerjakan
daripada mengurus culture-culture yang tidak jelas.”
Mendengar perkataan Ari senior itu pun
pergi dari kantin,
Lanya dan temannya
berterimakasih kepada Ari dan lanjut
makan.
Waktu Perkuliahan selesai…..
Saat keluar dari kelas lanya dan teman-temannya melihat ka
kari berkelahi dengan salah seorang dosen, Lanya melerai keduanya dan bertanya
ke Ari “kak Ari kenapa?” “teman saya ada yang jadi korban pelecehan dari dia,
selain itu ada juga teman saya yang dimanfaatkan tenaganya untuk mengikuti
penelitiaanya dengan janji SKS namun setelah penelitian ia tidak bertanggung
jawab dengan janjinya itu, dan masih banyak lagi kasus-kasusnya tapi banyak
yang memilih diam karena takut di DO” jawab Ari “Sudah kak sudah tenang
dulu” beberapa menit kedepan setelah
Ari tenang lanya pamit
pulang.
21 Agustus
2025 beberapa hari telah berlalu…..
Pada hari itu isu tentang tunjangan-tunjangan DPRD yang melambung tinggi seperti gaji, rumah, bensin dan tunjangan beras. Sontak hal itu menggegerkan seluruh Masyarakat dan mahasiswa. Pada tanggal 25 agusutus 2025 Konsolidasi mahasiswa dimulai dimana-mana termasuk dikampus Lanya, seluruh fakultas hadir untuk membahas hal tersebut dan memutuskan pada tanggal 28 Agustus 2025 akan berkumpul Kembali dan memulai untuk melakukan aksi.
28 agustus
2025....
Fakultas-fakultas dari kampus Ari berdatangan dan berkumpul di depan rektorat untuk direstukan turun kejalan, dengan senang hati pihak rektor menerima niat baik dari mahasiswa. Setelah pihak rektor merestui mereka langsung menuju ketitik lokasi aksi didepan gedung DPRD, kedatangan mereka di sambut oleh masyarakat, setelah mengatur posisi, Ari memulai dengan orasi :
"Assalamu'alaium warahmatullahi wabarakatuh...
lagi..lagi..dan lagi kami turun kejalan, bukan semerta-merta memperlihatkan eksistensi kami, tapi kami turun kejalan membawa semua keluhan masyarakat, kami turun kejalan sebagai bentuk ekspresi dari masyarakat, tuan-tuan dan puan puan sekalian yang kami hormati kemarin, jika kesejahteraan atau masyarakat madani belum dirasakan, berarti ada yang salah dalam prosesnya, maka dari itu kami turun kejalan untuk memperbaiki yang salah itu tolong terima aspirasi dari kami, teman-teman sekalian akhir dari orasi saya mari kita bersama-sama menyanyikan sebuah lagu yang berjudul darah juang"
setelah semua orasi telah di sampaikan dan sudah siap-siap
kembali ke kampus tiba-tiba ada provokator dari pihak mahasiswa melempar
barisan polisi, polisi yang terpancing menembakkan gas air mata ke arah
mahasiswa dan betrok antar mahasiswa dan polisi dimulai. Ari yang panik segera
menghampiri Lanya dan suruh menunggu ditempat
aman, karena dia akan menarik mundur massa, akan tetapi hal itu
akan memakan waktu yang lama, Lanya melihat
sekelilingnya sudah tidak kondusif gas air mata di tembakkan kemana-mana,
lemparan batu yang datangnya ntah dari arah mana membuat orang-orang
disekitarnya berdarah, pertumpahan darah dimalam itu membuat lanya panik dan segera mencari
Ari untuk mengajaknya pulang cepat, namun sebelum sampai di tempat Ari, Lanya
melihat mahasiswa dipukul oleh polisi dan mahasiswa mengeroyok polisi, lanya
takut untuk ke tempat Ari tapi mau tidak mau ia harus kesana, sebelum melangkah
lagi Lanya melihat seorang ojek online ikut dalam barisan tidak
lama dari itu mobil polisi datang dari arah utara orang-orang berhamburan dan tidak sengaja mobil polisi tersebut
melindas seorang ojek online itu, mobil polisi itu
sempat di tahan oleh masyarakat dan mahasiswa namun ia terus menancapkan gas,
yang membuat ojek online tersebut meninggal. Lanya yang melihat langsung
kejadian tersebut seketika panik dan segera
menghampiri Ari, namun 5 langkah
lagi sampai, tiba
-tiba saja Ari terkana peluru nyasar yang membuatnya jatuh dan tidak sadarkan diri.
Lanya yang melihatnya seketika pingsan. mereka berdua dilarikan ke rumah sakit, tidak lama dari sampainya dirumah sakit lanya akhirnya sadarkan diri dan segera mencari Ari, Lanya mencari Ari ke kamar-kamar pasien namun tidak ia temukan, ketika Lanya lewat di depan kamar mayat Lanya melihat Ari terbaring tak berdaya, ternyata Ari tidak bisa diselamatkan, peluru nyasar tepat di kepalanya. Lanya tak berdaya lagi karena ia sudah menganggap Ari Adalah seorang kakaknya karena ia selalu membantu Lanya
Keesokan harinya mayat Ari dikuburkan, Lanya sangat lemas melihatnys, melihat sekelilingnya Lanya heran kenapa sahabat Ari tidak datang ke pemakaman, saat dihubungi juga nomornya tidak aktif, setelah balik dari pemakaman lanya mencari tahu keberadaan sahabat Ari, ia menghubungi keluarganya dan ternyata sahabat Ari juga meninggal akibat di keroyok oleh masyarakat dan mahasiswa karena dituduh intel padahal bukan, semenjak saat itu lanya membenci provokator karena dengan adanya provokator semuanya jadi rusuh. sepulang rumah Ari, Lanya pergi ke rumah pohon tempat yang sering ia singgahi sepulang kampus, ia tak bisa menahan tangis, merenung semua yang mereka lalui bersama, tak lama dari itu ada suara dari dalam rumah pohon yang memanggil namanya "Lanya" sontak Lanya berbalik dan senyum :)
~Tamat






0 Komentar