PRESS RELEASE
BLUEWISE
(Blue Economy and Local Wisdom For Marine Food Empowerment)
Kelompok 1
Adapun pelaksanaan praktik lapangan dilaksanakan pada
hari Sabtu, tanggal 27 September 2025 yang bertempat didesa Salajangki, Kecamata Bontonompo, Kabupaten
Gowa, Sulawesi Selatan.
Pemilihan Lokasi dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Lokasi
tersebut dapat memenuhi data yang dibutuhkan.
2.1
Observasi
Observasi
adalah Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan, disertai
dengan pencatatan keadaan atau perilaku objek yang menjadi sasaran. Menurut
Nana Sudjana, Observasi adalah pengamatan dan pencacatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang sedang di teliti. Teknik observasi melibatkan pengamatan
dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.
Dalam arti yang lebih luas, observasi tidak hanya terbatas pada pengamatan yang
dilakukan secara langsung tetapi juga bisa dilakukan secara tidak langsung.
2.2 Wawancara
Wawancara
merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang dikerjakan
dengan sistematik dan berlandaskan pada masala, tujuan, dan hipotesis
penelitian. Hal ini mengenai pada laporan tentang diri sendiri atau
self-report, atau setidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.
2.3 Dokumentasi
Pengumpulan data melalui metode dekumentasi adalah cara memperoleh data atau informasi dari buku, catatan, transkip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda, dan sumber lainnya. Teknik pengambilan data lainnya, seperti kuesioner, wawancara, observasi, atau tes.
3. Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara terhadap dua responden yang merupakan nelayan aktif di wilayah pesisir, dapat disimpulkan bahwa kelembagaan perikanan memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat nelayan. Kedua responden menegaskan bahwa keberadaan kelembagaan, baik yang bersifat formal maupun nonformal, membantu mereka dalam meningkatkan kesejahteraan, memperkuat kerja sama antar-nelayan, serta menjadi wadah dalam menyampaikan aspirasi kepada pihak pemerintah.
Responden pertama, yang telah bekerja sebagai nelayan selama bertahun-tahun, menjelaskan bahwa ia tergabung dalam kelompok nelayan di desanya. Kelembagaan tersebut menjadi tempat para nelayan saling berinteraksi, berbagi pengalaman, serta mengatur strategi dalam kegiatan melaut. Dalam kelompok, mereka memiliki pembagian tugas yang jelas, saling membantu memperbaiki alat tangkap, dan bekerja sama untuk menjual hasil tangkapan agar mendapatkan harga yang lebih baik di pasar. Responden juga menekankan bahwa kegiatan kelembagaan memberikan manfaat sosial, seperti mempererat hubungan kekeluargaan antar-anggota, saling membantu ketika ada musibah, dan menjaga kebersamaan melalui kegiatan keagamaan seperti doa bersama sebelum melaut.
Selain itu, responden pertama menilai bahwa dukungan pemerintah melalui kelembagaan nelayan masih perlu ditingkatkan, terutama dalam hal bantuan subsidi bahan bakar (BBM), alat tangkap, dan pelatihan pengelolaan hasil tangkapan. Menurutnya, bantuan tersebut sangat dibutuhkan agar kegiatan nelayan lebih efisien dan pendapatan mereka dapat meningkat. Ia berharap agar kelembagaan yang ada di masa depan dapat lebih diperkuat secara administratif dan mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah sehingga peran lembaga tidak hanya sebatas kelompok kerja, tetapi juga menjadi penggerak ekonomi pesisir yang berkelanjutan.
Responden kedua memiliki pandangan yang hampir sama. Ia juga bergabung dalam kelompok nelayan yang aktif melakukan berbagai kegiatan bersama, seperti memperbaiki jaring, berbagi informasi tentang cuaca, serta membantu anggota yang mengalami kesulitan. Ia menilai bahwa kelembagaan nelayan berperan besar dalam memperkuat solidaritas sosial antar-nelayan serta menjadi sarana belajar untuk mengatur usaha tangkap yang lebih baik. Melalui kelompok, para nelayan juga bisa bekerja sama dalam mengelola hasil tangkapan agar tidak bergantung pada tengkulak. Selain aspek ekonomi, kelembagaan juga memiliki peran penting dalam menjaga nilai-nilai sosial dan keagamaan di masyarakat pesisir.
Responden kedua berharap agar pemerintah terus memberikan perhatian terhadap kesejahteraan nelayan dengan menyediakan bantuan yang berkelanjutan, terutama pada aspek finansial dan pelatihan. Ia menekankan pentingnya dukungan kelembagaan untuk membantu nelayan beradaptasi terhadap perubahan musim, harga bahan bakar, dan kondisi ekonomi yang tidak menentu.
Secara keseluruhan, kedua responden sepakat bahwa kelembagaan perikanan merupakan faktor kunci dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian nelayan. Lembaga nelayan berperan sebagai wadah kerja sama, solidaritas sosial, dan penopang ekonomi yang dapat menjaga keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya laut dan pelestariannya. Dengan memperkuat kelembagaan, diharapkan nelayan mampu meningkatkan taraf hidup, menjaga hubungan sosial yang harmonis, serta mendukung pengelolaan perikanan yang berkelanjutan untuk generasi mendatang.
4. Dokumentasi
KELOMPOK 2
Pada hari Sabtu 27
September 2025, telah dilaksanakan pengisian
kusioner data bluewise HMP ABP HIMARIN FIKP UNHAS oleh Mahasiswa dari
kepanitian bluewise. Kegiatan ini merupakan bagian dari proyek penelitian
dengan judul: "Kelembagaan Nelayan Patorani Masyarakat Perikanan dan
Kelautan di Dusun Pamandongan, Desa Salajangki, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten
Gowa." Dusun Pamandongan dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa
lokasi tersebut dapat memberikan data mengenai praktik lapang.
Mahasiswa
tiba di Dusun Pamandongan, sebuah wilayah di Desa Salajangki, pada pagi hari.
Kedatangan Mahasiswa disambut hangat oleh masyarakat, termasuk para nelayan Patorani
yang menjadi informan kunci penelitian.
Metode Pengambilan Data
Berdasarkan
praktik lapangan yang di lakukan di Dusun
Pamandongan, Desa Salajangki, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa . Mahasiswa menggunakan
metode pengambilan data sebagai berikut.
-
Observasi merupakan teknik pengambilan data yang dilakukan dengan cara mengamati
langsung kondisi lapangan dengan tujuan untuk memahami sebuah fenomena
berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya.
-
Wawancara merupakan salah satu cara pengambilan data yang dilakukan melalui
kegiatan komunikasi lisan. Penelitian ini menggunakan metode wawancara semi
terstruktur meskipun interview sudah diarahkan oleh sejumlah daftar pertanyaan
tidak tertutup kemungkinan memunculkan pertanyaan baru yang idenya muncul
secara spontan sesuai dengan konteks pembicaraan yang dilakukannya`.
-
Dokumentasi adalah dokumentasi merupakan suatu Teknik memperoleh bukti kuat
melalui buku, catatan, arsip, ataupun laporan yang memuat informasi untuk
mendukung penelitian. Dokumentasi berguna untuk memastikan keseuaian data yang
diperoleh.
Wawancara
berlangsung dalam suasana informal dan kekeluargaan, memungkinkan para informan
berbagi pengalaman dan pengetahuan lokal mereka secara terbuka. Teknik
wawancara semi-terstruktur diterapkan, di mana panduan pertanyaan digunakan
sebagai kerangka, tetapi mahasiswa bebas mengembangkan pertanyaan baru untuk
menggali detail yang lebih banyak.
Hasil wawancara
Responden 1
Responden pertama bernama Syahruddin Dg. Rappi, berusia 51 tahun dan tinggal di Dusun Pemandongan, Desa Salamangki, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa. Pendidikan terakhir beliau adalah SMP. Sehari-hari beliau bekerja sebagai tukang pembuat kapal untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Syahruddin memiliki empat orang tanggungan dan senantiasa berusaha keras untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.
Syahruddin
pernah tergabung dalam kelompok nelayan patorani bernama Mandiri Jaya sejak
tahun 2000 hingga 2019. Kelompok ini terbentuk atas inisiatif masyarakat
nelayan sendiri untuk saling membantu dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Dalam
kelompok tersebut, struktur kepengurusan terdiri dari ketua, sekretaris,
bendahara, dan anggota. Syahruddin sempat menjabat sebagai ketua kelompok, dan
selama masa kepemimpinannya ia aktif dalam berbagai kegiatan kelompok, seperti
mengelola alat tangkap, melakukan pertemuan rutin, dan menjaga kekompakan
antaranggota.
Dalam
budaya nelayan, Syahruddin juga masih aktif mengikuti ritual adat patorani,
salah satunya adalah paroro, yaitu tradisi penghormatan kepada leluhur serta
permohonan keselamatan saat melaut. Sebagai ketua kelompok, ia mengajak anggota
lain untuk tetap mempertahankan tradisi tersebut karena dianggap sebagai simbol
kebersamaan dan pelestarian budaya nelayan.
Menurut
Syahruddin, kelompok Mandiri Jaya tidak hanya menjadi wadah kebersamaan, tetapi
juga memiliki peran penting dalam membantu nelayan menghadapi berbagai
persoalan, seperti pemasaran hasil tangkapan dan fluktuasi harga. Ia berharap
kelompok nelayan ini tetap berlanjut dan mendapat dukungan berupa modal, alat
tangkap, kapal, serta dokumen pendukung agar kapal dapat berlayar dengan lancar
dan hasil tangkapan meningkat.
Responden 2
Responden
kedua adalah Bapak Sitaba, berusia 43 tahun, dengan latar belakang pendidikan
terakhir SMP. Pekerjaan utama beliau adalah nelayan, sementara pekerjaan
sampingannya adalah sebagai penjual bakso, yang menjadi tambahan pendapatan
bagi keluarganya. Ia memiliki tiga orang tanggungan dan tinggal bersama keluarganya
di Desa Pemandongan.
Bapak
Sitaba telah menjadi anggota kelompok nelayan patorani di desanya selama
sekitar 20 tahun. Dengan pengalaman yang cukup panjang, beliau telah banyak
belajar mengenai pengelolaan kegiatan nelayan, baik dari segi ekonomi maupun
sosial. Keikutsertaannya dalam kelompok didasari oleh kebutuhan ekonomi dan
keinginan untuk mendapatkan manfaat dalam hal informasi, dukungan, serta
kebersamaan.
Dalam
kelompok tersebut, Bapak Sitaba berperan aktif sebagai juragan, yang membantu
memecahkan masalah seperti harga jual ikan, konflik antar nelayan, hingga
persoalan peralatan tangkap. Ia juga masih mempertahankan kegiatan tradisi
paroro, yakni ritual adat yang mencerminkan nilai kebersamaan serta doa untuk
keselamatan saat melaut. Tradisi ini dinilai penting karena bukan hanya menjaga
keharmonisan kelompok, tetapi juga melestarikan budaya masyarakat nelayan
setempat.
Harapan
Bapak Sitaba ke depan adalah agar kelompok nelayan patorani dapat terus
meningkatkan hasil tangkapan serta kesejahteraan anggotanya. Menurutnya,
dukungan alat tangkap dan bantuan modal merupakan faktor penting yang sangat
berpengaruh terhadap hasil tangkapan dan produktivitas nelayan.
Kesimpulan
Berdasarkan data lapangan yang dikumpulkan di Dusun Pamandongan, Desa Salajangki, Gowa, pada 27 September 2025, dapat disimpulkan bahwa Kelembagaan Nelayan Patorani adalah entitas yang sangat penting dan berakar dalam bagi masyarakat pesisir. Kelompok ini, dicontohkan oleh Mandiri Jaya, tidak hanya berfungsi sebagai wadah untuk memecahkan masalah ekonomi seperti pemasaran hasil tangkapan dan penanganan fluktuasi harga, tetapi juga sebagai penopang sosial yang memberikan dukungan dan menjamin kekompakan antaranggota. Eksistensi kelompok yang berlangsung selama puluhan tahun (seperti dialami oleh Syahruddin dan Bapak Sitaba) menunjukkan stabilitas dan relevansinya yang tak tergantikan. Selain dimensi ekonomi dan sosial, kelembagaan ini juga berperan sentral dalam pelestarian budaya, di mana ritual adat paroro menjadi simbol kuat kebersamaan dan identitas Patorani. Namun, untuk mencapai kesejahteraan yang lebih baik, kelompok nelayan sangat membutuhkan dukungan eksternal berupa bantuan modal, alat tangkap, kapal, dan yang krusial, dokumen pendukung legalitas agar aktivitas melaut dapat berjalan lancar tanpa hambatan, memastikan bahwa organisasi tradisional ini mampu bersaing di era modern.
Dokumentasi
Judul : Analisis Kelayakan Usaha
Nelayan Tangkap, di Dusun Pamandongan,
Desa Salajangki, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa.
Waktu dan Tempat : Salajangki, 13.00-15.00 WITA
Metode : Metode pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan data
primer yang diperoleh melalui observasi langsung dan wawancara terhadap
kelompok nelayan tangkap,
baik ABK ataupun Punggawa. Observasi dilakukan di
rumah-rumah warga yang berada di kawasan pesisir (di lokasi kegiatan)
untuk memahami secara langsung kondisi sosial dan lingkungan masyarakat
setempat, serta aktivitas ekonomi yang berlangsung di sekitar mereka. Sementara
itu, wawancara dilakukan secara terstruktur maupun semi-terstruktur dengan nelayan
tangkap, anak buah kapal (ABK), dan punggawa untuk menggali informasi mendalam
mengenai pengalaman kerja, tantangan yang dihadapi, serta strategi mereka dalam
menjalankan kegiatan penangkapan ikan. Pendekatan ini bertujuan memperoleh data
yang akurat dan relevan dengan kondisi nyata di lapangan, sekaligus memperkuat
hasil analisis penelitian.
Hasil dan pembahasan
RESPONDEN 1
Nama: Daeng Mange
Umur: 56 Tahun
Pendidikan
Formal: Pendidikan
terakhir SD
Non Formal:-
Pekerjaan Utama: Nelayan
Pekerjaan Sampingan:
Wirausaha
Jumlah Tanggungan:3
1.
Biaya Tetap
|
No |
Jenis Alat |
Jumlah |
Ukuran |
Harga Satuan (Rp) |
Total (Rp) |
Umur Ekonomis |
Biaya penyusutan |
|
1 |
Kapal |
1 |
13 Gt |
260.000.000 |
260.000.000 |
20 tahun |
1.083 |
|
2 |
Mesin |
2 |
300 Pk |
45.000.000 |
90.000.000 |
10 tahun |
375.000 |
|
3 |
Pancing |
3 |
12 |
15.000 |
45.000 |
2 bulan |
12.500 |
|
4 |
Tasi |
3 |
80 |
5.000 |
15.000 |
3 bulan |
5.000 |
|
5 |
Gabus |
50 |
150 kg |
75.000 |
750.000 |
3 bulan |
1.250 |
|
6 |
Genset |
1 |
24 |
4.000.000 |
4.000.000 |
2 tahun |
166.666 |
|
7 |
Lampu |
12 |
25 watt |
30.000 |
360.000.000 |
3 bulan |
120.000 |
|
8 |
Pemberat |
30 |
|
5.000 |
150.000 |
3 bulan |
75.000 |
|
9 |
Kabel |
10 |
|
10.000 |
100.000 |
5 tahun |
1.666 |
|
|
Total |
|
|
|
358.420.000 |
|
768.165 |
2.Biaya Variabel
|
No |
Jenis biaya |
Jumlah |
satuan |
Harga (Rp) |
Harga total |
Trip/bulan |
|
1 |
Solar |
400 |
Liter |
7.000 |
2.800.000 |
11.200.000 |
|
2 |
Es balok |
120 |
|
15.000 |
1.800.000 |
7.200.000 |
|
3 |
Umpan |
3 |
kg |
40.000 |
120.000 |
480. 000 |
|
4 |
Konsumsi |
10 |
|
100.000 |
1.000.000 |
4.000.000 |
|
5 |
Air minum |
40 |
galon |
5.000 |
200.000 |
800.000 |
|
|
Total |
|
|
|
|
23.680.000 |
RESPONDEN 2
Nama : Kadir
Umur : 23 Tahun
Pendidikan
Formal : Pendidikan terakhir SD
Non Formal : -
Pekerjaan Utama
: Nelayan
Pekerjaan
Sampingan : -
Jumlah
Tanggungan : -
1. Biaya Tetap
|
No |
Jenis Alat |
Jumlah |
Ukuran |
Harga Satuan (Rp) |
Total (Rp) |
Umur Ekonomis |
Biaya penyusutan |
|
1 |
Kapal |
1 |
5 Gt |
200 jt |
200 jt |
11 tahun |
1.515,151 |
|
2 |
Tasi |
10 |
5 m |
5.000 |
50.000 |
3 bulan |
16.667 |
|
3 |
Pancing |
10 |
- |
70.000 |
700.000 |
7 bulan |
100.000 |
|
4 |
Mesin |
1 |
300 pk |
26 jt |
26 jt |
25 tahun |
86.667 |
|
5 |
Pemberat |
10 |
- |
1000 |
10.000 |
1 bulan |
10.000 |
|
|
Total |
|
|
|
|
|
5.185,455 |
2. Biaya variabel
|
No |
Jenis biaya |
Jumlah |
satuan |
Harga (Rp) |
Trip/bulan |
|
1 |
Solar |
50 liter |
7.000 |
350.000 |
9.000.000 |
|
2 |
konsumsi |
10/orang |
500.000 |
5.000.000 |
140.000.000 |
|
3 |
Es batu |
17 balok |
7000 |
119.000 |
3.332.000 |
|
4 |
Air bersih |
50 jergen |
5.000 |
250.000 |
7.000.000 |
|
5 |
Umpan |
7 kg |
4000 |
28.000 |
784.000 |
|
|
Total |
|
|
5.747.00 |
160.916,00 x 3 482.748.000 |
3. Musim Puncak, dalam 1 tahun terdapat 3 bulan
· Total
Biaya (TC) = Fc + Vc
= 5.185,455 +
482.748.000
= 487.933,000
· Penerimaan (Tr) = P.Q . 28
=70.000 × 130 kg × 28 hari
=254.800,000 × 3 = 764.400,000
· Pendapatan
(π) =
Tr-Tc
= 764.400,000 –
487.935,455 = 276.466,543
· Rc
ration
=1,56
· Payback
period
=0,82
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil perhitungan rc ration sebesar 1,56 dapat d simpulkan bahwa usaha
penangkapan ikan layak untuk dilanjutkan(layak melaut).Dan untuk mengembalikan
modal(payback period) perlu waktu 8 bulan 2 hari yang dimana pengembalian modal
itu bisa didapatkan dengan cepat.
KELOMPOK 4
- Waktu dan Tempat Turlap
Kegiatan turun lapang (turlap) kami laksanakan pada tanggal 27 di Dusun Pamandongan, Desa Salajangki, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa yang merupakan salah satu lokasi kegiatan nelayan Pattorani.
- Judul Kegiatan
“Analisis Kelayakan Usaha Nelayan Pattorani Di Dusun Pamandongan, Desa Salajangki, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa”
- Metode yang Digunakan
Metode yang kami gunakan adalah metode survei lapangan dengan pendekatan wawancara langsung kepada responden nelayan. Data dikumpulkan melalui observasi, pencatatan langsung di lapangan, dan wawancara mengenai komponen biaya tetap, biaya variabel, serta hasil produksi.
- Proses Pengolahan Data
Data yang terkumpul kami olah dalam
beberapa tahap:
1.
Identifikasi Biaya Tetap –
meliputi biaya seperti kapal, mesin, pajak, dan alat lainnya dengan umur
ekonomis tertentu.
2.
Perhitungan Biaya Variabel –
meliputi tasi, solar, konsumsi, tenaga kerja, dan biaya operasional lainnya.
3.
Perhitungan Total Biaya (TC) –
hasil penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel.
4.
Pendapatan (TR) – dihitung dari
hasil produksi dikalikan dengan harga jual per satuan.
5. Analisis Finansial – dilakukan dengan menghitung RC Ratio (Revenue Cost Ratio), Payback Period, dan keuntungan bersih (Net Profit).
- Hasil dan Analisis Singkat
Dari hasil perhitungan pada data responden,
diperoleh:
1.
Total biaya (TC) sebesar ±
Rp406.872.000
2.
Pendapatan (TR) sebesar ±
Rp1.477.500.000
3.
Keuntungan bersih sekitar
Rp1.010.628.000
4.
Nilai R/C Ratio = 1,10, yang
berarti setiap Rp1 biaya menghasilkan Rp1,10 pendapatan, sehingga usaha ini
layak untuk dijalankan.
5.
Payback Period diperoleh
sekitar 2,28 tahun, yang menunjukkan modal usaha dapat kembali dalam waktu
relatif singkat (kurang dari umur ekonomis alat dan sarana produksi).
DOKUMENTASI
·
WAWANCARA
·
ALAT TANGKAP NELAYAN
PATTORANI
Judul:
Analisis kelayakan usaha budidaya rumput laut (euchema
cottoni)di dusun pamandongan, Desa salajangki,
kecamatan bontonompo, kebupaten gowa.
Waktu dan Tempat: salajangki.13.00-15.00 WITA
Metode: Metode pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui observasi langsung
dan wawancara terhadap kelompok nelayan pembudidaya rumput laut. Observasi
dilakukan di lokasi kegiatan budidaya untuk mengetahui secara nyata kondisi
lingkungan, teknik budidaya, serta aktivitas ekonomi masyarakat pesisir.
Sementara itu, wawancara dilakukan secara terstruktur maupun semi-terstruktur
dengan para nelayan untuk menggali informasi mendalam mengenai pengalaman,
kendala, dan strategi mereka dalam mengelola usaha budidaya rumput laut. Pendekatan ini bertujuan memperoleh data yang akurat dan relevan
sesuai dengan kondisi
lapangan serta memperkuat hasil analisis penelitian.
Hasil dan pembahasan
RESPONDEN 1
Nama : zulkarnaen
Umur : 25 Tahun Pendidikan
Formal :
Pendidikan terakhir SMA Non Formal : -
Pekerjaan Utama : nelayan
Pekerjaan Sampingan
: penjual minuman Jumlah Tanggungan : 13
1.
Biaya tetap
|
No |
Jenis alat budidaya |
Jumla h |
Ukura n |
Harga satuan (Rp) |
Total (Rp) |
Umur ekono mis |
Biaya
penyusutan |
|
|
|
|
Seda |
|
|
12 |
Rp 20.833 |
|
1 |
botol |
500 |
ng |
Rp 500 |
Rp 250.00 |
bulan |
|
|
|
Tali |
|
|
Rp |
Rp |
12 |
Rp 315.000 |
|
2. |
bentang |
30 |
14 M |
9.000 |
3.780.00 |
bulan |
|
|
|
Sarung |
|
|
Rp |
|
2 |
Rp 2.500 |
|
3. |
tangan |
1 |
|
5.000 |
Rp 5.000 |
bulan |
|
|
|
|
|
|
Rp |
|
6 |
Rp 8.333 |
|
4. |
bibit |
1 |
|
50.000 |
Rp 50.000 |
bulan |
|
|
|
|
|
|
|
Rp |
|
RP 346.666 |
|
|
Total |
|
|
|
4.085.000 |
|
|
2. Biaya variabel
|
No |
Jenis Biaya |
Jumlah |
Satuan |
Harga |
|
1 |
Karung |
3 |
Rp. 2.500 |
Rp. 7.500 |
|
2 |
Konsumsi |
1 |
Rp. 18.000 |
Rp. 18.000 |
|
3 |
Pupuk |
1 |
Rp. 55.000 |
Rp. 55.000 |
|
4 |
Tali Rapia |
1 |
Rp. 10.000 |
Rp. 10.000 |
|
|
Total |
|
|
Rp. 90.500 |
3. Siklus : Timur. dalam 1 tahun terdapat 7bulan siklus timur Jumlah produksi = 1.400 kg
Harga per kg= Rp 8.000
·
Biaya tetap (FC
Rp 346.666
x 7 = Rp 2.426.662
· Biaya
Variabel (VC) Rp
90.500 x 7 =Rp 633.500
· Total biaya
(TC) FC + VC
Rp 2.426.662
+ Rp 633.500 = Rp 3.060.162
· Penerimaan (TR) P x Q x 7
Rp 8.000 x1.400 x 7 = Rp 78.400.000
· Pendapatan (π) TR-TC
Rp 78.400.000 - Rp 3.060.162
= Rp 75.339.838
· RC
ration TR ÷ TC
Rp 78.400.000 ÷ Rp 3.060.162
= 25,62
·
Payback period
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, usaha
budidaya rumput laut yang dijalankan oleh Zulkarnaen (25 tahun) tergolong layak
dan menguntungkan untuk dikembangkan. Total biaya produksi selama satu tahun
sebesar Rp 3.060.162, dengan total penerimaan mencapai Rp 78.400.000, sehingga
diperoleh keuntungan bersih sebesar Rp 75.339.838. Nilai R/C ratio sebesar
25,62 menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan mampu menghasilkan
Rp 25,62 penerimaan, menandakan efisiensi usaha yang tinggi.
Selain itu, Payback Period sebesar 0,54
tahun atau sekitar enam bulan menunjukkan bahwa modal usaha dapat kembali dalam
waktu relatif singkat. Hasil ini membuktikan bahwa budidaya rumput laut yang
dilakukan oleh Zulkarnaen berpotensi memberikan pendapatan yang stabil, efisien
dalam penggunaan biaya, serta layak dijadikan sumber penghidupan berkelanjutan
bagi masyarakat pesisir di Dusun Pamandongan, Desa Salajangki.
RESPONDEN KE 2
Nama : Ruslam
Umur : 38 Tahun Pendidikan
Formal : Pendidikan terakhir SMA Non Formal : -
Pekerjaan Utama : nelayan
Pekerjaan Sampingan : budidaya rumput laut
Jumlah Tanggungan : 5
1. Biaya tetap |
|
|
||
|
|
Harga |
|
Umur |
Biaya |
|
Jenis alat Jumla |
Ukura satuan |
|
ekonomis |
penyusut |
|
No budidaya h |
n (Rp) |
Total (Rp) |
|
an |
|
|
|
|
|
Rp |
|
1 Gabus 1 |
2 x 3 Rp 350.000 |
Rp 350.000 |
24 bulan |
14.583 |
|
Tali |
|
Rp |
|
Rp |
|
2. bentang 20 |
10 M Rp 9.000 |
1.800.000 |
12 bulan |
150.000 |
|
Sarung |
|
|
|
Rp 2.500 |
|
3. tangan 1 |
Rp 5.000 |
Rp 5.000 |
2 bulan |
|
|
4. bibit 1 |
Rp 50.000 |
Rp 50.000 |
6 bulan |
Rp 8.333 |
|
|
|
Rp |
|
RP 175. |
|
Total |
|
2.205.000 |
|
416 |
2. Biaya variabel
|
NO |
Jenis biaya |
Jumlah |
Satuan |
Harga |
|
1 |
Karung |
2 |
Rp 3.000 |
Rp 6.000 |
|
2 |
Konsumsi |
1 |
Rp 7.000 |
Rp 7.000 |
|
|
|
|
Rp |
Rp |
|
3 |
Pupuk |
1 |
35.000 |
35.000 |
|
|
|
|
Rp |
Rp |
|
4 |
Tali rapia |
1 |
12.000 |
12.000 |
|
|
|
|
|
Rp |
Total 60.000
3. Siklus : Timur. dalam 1 tahun terdapat 7bulan siklus timur
Jumlah produksi
= 2.100 kg Harga per kg= Rp 7.000
· Biaya tetap
(FC
Rp 175.416 x 7 = Rp 1.227.912
· Biaya
Variabel (VC) Rp
60.000 x 7 =Rp 420.000
· Total biaya (TC) FC + VC
Rp 1.227.912
+ Rp 420.000 = Rp 1.647.912
· Penerimaan (TR) P x Q x 7
Rp 7.000
x 2.100 x 7 = Rp 102.900.000
· Pendapatan (π) TR-TC
Rp 102.900.000 - Rp 1.647.912
= Rp 101.252.088
· RC
ration TR ÷ TC
Rp 102.900.000 ÷Rp 1.647.912 = 62,44
· Payback period
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, usaha budidaya rumput laut yang dijalankan oleh Ruslam tergolong sangat layak dan menguntungkan. Total biaya produksi selama satu tahun sebesar Rp 1.647.912, dengan total penerimaan mencapai Rp 102.900.000, sehingga diperoleh keuntungan bersih sebesar Rp 101.252.088. Nilai R/C ratio sebesar 62,44 menunjukkan efisiensi usaha yang tinggi, di mana setiap Rp 1 biaya mampu
menghasilkan Rp 62,44 penerimaan. Selain itu, waktu
pengembalian modal (Payback Period) hanya 0,17 tahun atau sekitar dua bulan, yang berarti modal
dapat kembali dalam waktu sangat singkat.
Dengan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa budidaya rumput laut yang dilakukan Ruslam memiliki prospek ekonomi yang baik, memberikan keuntungan besar, serta dapat dijadikan sumber mata pencaharian yang berkelanjutan bagi masyarakat pesisir di Desa Salajangki.
Kesimpulan kelompok nelayan
pembudidaya rumput laut desa sala'jangki
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Dusun Pamandongan, Desa Salajangki, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya rumput laut Eucheuma cottonii sangat layak untuk dikembangkan. Hasil analisis terhadap dua responden menunjukkan bahwa kegiatan budidaya ini memberikan keuntungan yang tinggi dan efisiensi ekonomi yang baik. Nilai R/C ratio yang diperoleh yaitu 25,62 untuk responden pertama dan 62,44 untuk responden kedua, menandakan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan menghasilkan penerimaan lebih dari dua puluh kali lipat, bahkan lebih dari enam puluh kali lipat. Pendapatan bersih yang diperoleh juga tergolong besar, yakni sebesar Rp 75.339.838 untuk responden pertama dan Rp 101.252.088 untuk responden kedua dalam satu tahun. Selain itu, hasil analisis payback period menunjukkan waktu pengembalian modal yang sangat cepat, yaitu hanya 0,54 tahun dan 0,17 tahun. Dengan demikian, budidaya rumput laut di wilayah tersebut terbukti memberikan keuntungan yang signifikan, efisien secara ekonomi, serta memiliki prospek yang menjanjikan sebagai salah satu sumber mata pencaharian utama masyarakat pesisir di Desa Salajangki, Kabupaten Gowa.
.png)







0 Komentar