Bukan tentang Mengalah atau Dikalah
Duka kadang harus sembunyi diam-diam
menyusuri relung yang kian geram.
Disisir sebahu oleh tatapan keraguan
dan diikat dengan rotan yang menjerat erat.
Luka sembilu menganga, mengoyak
jiwa yang meringis rintih.
Bilamana langit bertanya, cukup dengan
setitik air hujan membanjiri relung jua.
Disaksikan semilir angin melambai,
menyodorkan dingin beku yang menggigil.
Aku telah sampai pada penantian sia-sia,
mulut membisu dan tangan terkepal kuat.
Dihantui rasa berdosa, kian asyik menyeretku
menemui pangkalnya yang buntu.
Berhadapan dengan pertempuran melawan
diri sendiri, menikamku perlahan.
Ini bukan tentang mengalah dan dikalah,
tapi ini tentang dua kepala yang beda irama
Makassar, 06 Januari 2018
Nurlatifah Amu
Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan 2016
4 Komentar
👍👍👍
BalasHapus👍👍👍
BalasHapus👍👍👍👍
BalasHapus👌👌👌
BalasHapus