Bukan tentang Mengalah atau Dikalah




Bukan tentang Mengalah atau Dikalah





Duka kadang harus sembunyi diam-diam


menyusuri relung yang kian geram.


Disisir sebahu oleh tatapan keraguan


dan diikat dengan rotan yang menjerat erat.


Luka sembilu menganga, mengoyak


jiwa yang meringis rintih.


Bilamana langit bertanya, cukup dengan


setitik air hujan membanjiri relung jua.


Disaksikan semilir angin melambai,


menyodorkan dingin beku yang menggigil.


Aku telah sampai pada penantian sia-sia,


mulut membisu dan tangan terkepal kuat.


Dihantui rasa berdosa, kian asyik menyeretku


menemui pangkalnya yang buntu.


Berhadapan dengan pertempuran melawan


diri sendiri, menikamku perlahan.


Ini bukan tentang mengalah dan dikalah,


tapi ini tentang dua kepala yang beda irama


Makassar, 06 Januari 2018





Nurlatifah Amu 


Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan 2016





4 Komentar